Wedding Planning: These Too Shall Pass

Senin, Januari 20, 2020


"Bulan depan kita udah jadi suami-istri lho!"

Diucapkan oleh saya ke calon suami, seolah-olah saya baru sadar, padahal tiap tanggal 20 saya selalu hitung mundur, secara diam-diam ataupun melalui kode-kode (yang ga begitu rahasia) di akun Instagram saya.

Sejak mulai sibuk mempersiapkan acara pernikahan, saya sudah bertekad untuk kembali menghidupkan blog ini, supaya bisa cerita tentang petualangan sampai D-day, dan bisa menambah referensi para calon-calon pengantin lainnya, karena saya yakin bukan cuma saya yang mengetikkan keyword tentang rangkaian persiapan pernikahan di kolom Google dan menghabiskan waktu berjam-jam tiap harinya untuk sekadar mencari referensi vendor undangan pernikahan yang oke dan bukan hanya manis di bibir ketika belum deal saja. Loh langsung curhat 😅

Hilang arah.

"Apa yang mesti duluan dikerjain sih?"
"Nyarinya di mana ini?"
"Vendor yang bagus apa ya?"
serta pertanyaan pamungkas, "Habis dana berapa?"

Saya akan uraikan sesuai pengalaman saya, dan kalaupun ada rincian yang ketinggalan, akan saya update lagi, karena jujur saja, saya juga masih meraba akan jadi berapa bagian post dari persiapan sampai akhirnya rangkaian acara selesai dan saya beserta (udah bukan calon) suami sudah mulai makan tahu-tempe di rumah untuk memulihkan kondisi finansial kami. Untungnya makanan favorit kami ya memang tahu dan telur (scrambled untuk saya, omelette untuk dia).

Oh dan sebagai catatan, pernikahan saya dan calon suami akan diselenggarakan menurut agama Kristen dan adat Batak, dengan detil pemberkatan dan upacara adat di Balige, Kabupaten Toba Samosir (domisili orangtua calon suami saya), dan resepsi (atau meminjam istilah adat Jawa, ngunduh mantu) di Kota Palembang (domisili orangtua saya). Dengan kondisi cuti yang terbatas dan efisiensi biaya, hampir seluruh koordinasi dan pengambilan keputusan dilakukan via telepon dan Whatsapp. Ngambek, berantem, nangis, deal dengan vendor juga via jarak jauh semua. Jadi apakah saudara-saudari sekalian sudah mendapatkan gambaran riweuhnya?

Intinya sih, saya gagal menjadi chill bride.

Untuk sesama calon pengantin di luar sana, here's a bitter truth, yes, you cannot really deeply totally count on others, put your fingers in, even only an inch. It matters.

Sampai jumpa di sesi curhat selanjutnya ya! Jangan lupa istirahat dan jaga kesehatan, karena sekarang aja saya lagi dititahkan bedrest karena asam lambung saya sangat tinggi 😔

You Might Also Like

0 komentar

Thank you for spending your time here. Constructive criticism, question, occasional compliment, or a casual hello are highly appreciated.