Mati Suri Si Peace Lily

Kamis, Desember 10, 2020



Spathiphyllum variegata atau Peace Lily merupakan tanaman yang saya adopsi bersamaan dengan Olong, si M. adansonii. Peace Lily ini saya namakan Iis, tanpa Dahlia. Wow, garing.

Sewaktu saya mengadopsi Iis, saya belum paham apa itu variegata atau variegated. Jadi selama beberapa waktu saya merawat Iis, saya berpikiran bahwa seluruh Peace Lily memiliki variasi warna putih seperti ini. Barulah ketika saya googling cara "membangkitkan" kembali Peace Lily yang sedang sekarat, saya tersadar bahwa daun Peace Lily pada umumnya berwarna hijau mengkilap. Sedangkan si Iis berwarna putih kehijauan. Pantesan hargamu kemarin di atas rata-rata, nak...

Sama seperti si Dracaena trifasciata, Peace Lily merupakan salah satu tanaman yang direkomendasikan oleh NASA dalam daftar 10 tanaman yang dapat menjernihkan udara dari gas-gas berbahaya yang dihasilkan polusi artifisial. Peace Lily juga termasuk dalam tanaman indoor yang mudah dirawat dan direkomendasikan bagi pemula. Benarkah begitu kenyataannya, pemirsa?

Di saya sih, nggak. Entah mengapa saya masih belum bisa memahami Peace Lily. Sudah beberapa kali si Iis mati suri di tangan saya. Mulai dari ketika saya letakkan ia di sudut teras rumah dan saya lupa menyiramnya selama hampir tiga hari berturut-turut. Gara-garanya kami sedang proses memasang pintu rumah, sehingga untuk keluar-masuk rumah menjadi sulit dan saya terlupa adanya si Iis di pojokan. Di malam hari ketiga, saya baru tersadar namun Iis sudah seperti orang pintar yang digambarkan pepatah 'seperti padi, semakin berisi, semakin merunduk'. Wow, garing (2).

Tidak mau salah langkah, saya spray dulu si Iis, berharap nafas buatan tersebut bisa sedikit menstabilkan kondisinya. Setelah itu saya langsung browsing cara menyelamatkan tanaman sekarat. Di situlah saya pertama kali menemukan akun Instagram Kak Titiw di @travelmom.id. Melalui highlight 'Gardening Tips' saya belajar tentang teknik deep watering.

Deep watering merupakan penyiraman yang dilakukan hingga air memenuhi pot lalu dibiarkan mengalir keluar melalui lubang di bawah pot. Selain untuk menyelamatkan tanaman yang sedang sekarat karena kehausan, teknik guyur sampai penuh ini juga berguna untuk mendorong akar semakin tertanam ke bawah sehingga memperkuat tanaman dalam menghadapi suhu lingkungannya. Perlu digarisbawahi, air harus dipastikan mengalir dari lubang di bawah pot dan tidak menggenang di pot, karena air yang menggenang di pot dapat menyebabkan akar membusuk dan tanaman malah mati.

Jadi setelah diguyur penuh, saya angkat si pot selama beberapa menit dan guncang-guncang sedikit untuk memastikan seluruh kelebihan air sudah mengalir keluar. Teknik deep watering ini baiknya dilakukan satu hingga dua kali dalam seminggu, tergantung keadaan cuaca dan suhu di lingkungan.

 

Anyway, ini penampakan si Iis sebelum dan sesudah deep watering. Saya guyur si Iis sekitar pukul 8 malam, lalu di jam 9 malam daun-daunnya sudah tidak selayu sebelumnya. Keesokan paginya si Iis sudah mulai berdiri tegak (dan tegar) seperti tanaman baru di-repotting. Sejak saat itu, saya jadi rutin satu minggu sekali melakukan deep watering untuk seluruh tanaman.

Eits, itu baru sekarat yang pertama. Masih ada sekarat yang kedua.

Sejak tragedi lupa disiram tersebut, saya tempatkan Iis di dalam rumah, tepatnya di meja televisi, bersandingan dengan si M. adansonii. Permasalahan mulai muncul ketika saya melihat ada sehelai daunnya yang menguning dan kemudian menjadi coklat dengan cepat. Saya langsung gunting si daun yang mati tersebut. Keesokan harinya daun baru muncul, tapi daun-daun yang lain tiba-tiba pinggirannya pun mulai menjadi coklat. Puncaknya saat ujung-ujungnya menjadi gosong dan bukan hanya di satu-dua daun, tapi seluruh daunnya. Panik, buuuun... Akhirnya mau tidak mau saya gunting ujung-ujung daun yang menghitam tersebut.

Sampai sekarang saya masih belum yakin apa yang menyebabkan Iis jadi gosong. Well, sudah ada beberapa asumsi, tapi saya masih mengamati dan uji coba melakukan sedikit perubahan sampai akhirnya benar-benar yakin apa treatment yang salah. Mari berdoa agar uji coba saya berhasil dan Iis segera sehat, sehingga bagian kedua dari post ini bisa terbit.

You Might Also Like

0 komentar

Thank you for spending your time here. Constructive criticism, question, occasional compliment, or a casual hello are highly appreciated.