If you fail to plan, you plan to fail. — Mastermind by Taylor Swift
Sedari kecil, saya sangat suka menulis. Mulai dari tugas di mata pelajaran Bahasa Indonesia hingga menulis ulang lirik lagu (atau list lagu dari sebuah kaset atau CD). Kebiasaan ini terbawa sampai sekarang. Mau memulai apa-apa, saya pasti akan membuat list garis besar rencananya, entah di kertas atau aplikasi di smartphone. Intinya, harus ada list dulu. Jadi adalah hal yang wajar ketika yang saya lakukan pertama kali saat akan merencanakan pernikahan adalah membuat list things to-do.
Setelah berselancar dan menyimpan puluhan pin di akun Pinterest, saya baru tersadar bahwa ternyata banyak sekali printilan nikahan yang harus diurusin! And by 'diurusin' I mean dicek dulu portofolio, review, harga, dan gimana personality vendornya. Sangat sentimental dan rentan bikin mumet.
Berdasarkan hasil berseluncur, setidaknya ada tiga benang merah yang menjadi tonggak krusial saat merencanakan pernikahan, yaitu: anggaran, tanggal, dan venue.
Anggaran
Fondasi utama dari segala macam perencanaan. Anggaran ini merupakan total biaya yang mampu dikeluarkan hingga akhir acara. Mulai dari urusan administrasi atau perizinan, MUA, pakaian pengantin, undangan, venue, wedding organizer atau biaya kegiatan, dokumentasi, hingga souvenir. Besar atau kecilnya anggaran memang berpengaruh, tapi jangan sampai menjadi beban para calon pengantin. Realistis saja.
Tidak semua yang mahal atau mewah memberikan jaminan kualitas kok. Vendor dengan harga terjangkau juga bisa sama bagusnya, there's just an extra miles we need to do. Bila anggaran memang terbatas, ingatkan ke diri sendiri, pasangan, dan keluarga, bahwa perayaan besar-besaran bukan tolok ukur keharmonisan pernikahan. Jangan sampai terjebak hutang yang tidak sehat dan merusak perencanaan keuangan hanya demi kemewahan satu-dua hari. Jangan lupa juga, bahwa berapapun jumlah dana yang sudah disisihkan untuk anggaran, harus tetap menyediakan 20-30% lebih untuk dana darurat.
Tanggal dan Waktu
Semua calon pengantin pasti ingin menikah di tanggal cantik atau tanggal yang bermakna khusus. Untuk meminimalisir drama, rundingkan beberapa opsi tanggal dengan pasangan dan keluarga. Selain perlu mempertimbangkan kesediaan para anggota keluarga inti dan tamu undangan yang diharapkan, faktor cuaca juga perlu menjadi pertimbangan, apalagi jika berencana menyelenggarakan pesta outdoor.
Setelah menentukan tanggal, hal yang paling penting untuk dilakukan adalah: cek venue.
Venue
This is the battle zone. Bukan hal yang aneh jika banyak calon pengantin yang sudah book gedung (atau ibadah pemberkatan di Gereja) setidaknya satu tahun sebelum hari H. Bagi pasangan yang fleksibel mengenai tanggal, pemilihan venue masih bisa dilakukan agak santai. Tapi bagi pasangan yang memang kekeuh ingin tanggal atau lokasi tertentu, harus sigap booking dan bersabar untuk terus kontak narahubung venue.
Sedikit tambahan perspektif, saya mengecek availability dari venue yang menjadi incaran saya melalui tiga jalur. Pertama, saya kontak langsung ke pihak marketing gedung. Hasilnya: tidak dibalas. Sip. Terima kasih.
Jalur kedua adalah melalui wedding organizer B, not my top choice, tapi harganya masih sesuai anggaran. Jawabannya adalah: gedung penuh. Singkat, jelas, tapi tidak ramah.
Jalur ketiga, melalui wedding organizer A, yang adalah vendor incaran saya, tapi sayangnya harganya sedikit di luar anggaran. Begitu saya chat, pemilik WO-nya sendiri yang langsung merespon dengan sangat ramah dan informatif. Hasilnya? Gedung tersedia.
Pesan moral: jangan hanya lempar kail dan umpan. Tebar jala sekalian.
Lini Masa
Bonus point, karena menurut saya poin ini sangat mempermudah pengalaman saya dulu.
Kalau dihitung bersihnya, durasi persiapan pernikahan saya dan suami hanya empat bulan. Sangat sedikit. Apalagi posisi saya dan suami di Jakarta, sedangkan pernikahan akan dilakukan di Balige dan Palembang. Makanya saya kekeuh harus membuat perencanaan sedemikian rupa agar tidak ada hal yang terlewat.
Lini masa ini saya buat di Google Slides yang berisi berbagai printilan pernikahan yang harus diselesaikan oleh saya dan calon suami. Apakah lini masa ini sesuai dengan realisasi di lapangan? Tentu saja tidak. Tapi dengan adanya lini masa, saya jadi tidak sehilang arah dan sepanik sebelumnya.
Hal-hal yang tadinya nampak besar, di-breakdown menjadi bite-sized sehingga saya tidak kewalahan melihatnya. Ada panduan untuk kami bergerak. Ada skala prioritas yang sudah didapatkan gambarannya. Hal-hal penting bisa diselesaikan sejak jauh hari. Plus, bisa jadi alasan buat ngedumel ke calon suami biar nggak kelewat santai 😏
Di dokumen Slides tersebut juga saya masukkan berbagai vendor yang layak dipertimbangkan, mulai dari vendor undangan, souvenir, MUA, fotografer, sampai ke pakaian pernikahan. Untuk perkara vendor, tidak harus diselesaikan berurutan. Semisal lagi survei souvenir dan tiba-tiba jenuh, tinggal lompat ke survei MUA saja. Yang penting, kalau tiba-tiba menemukan vendor yang menarik hati, langsung dicatat nama, kontak, dan portofolio atau sample-nya. Jadi saat nanti akan dieksekusi, sudah tidak kewalahan saat menjawab pertanyaan vendor, "Mau model yang gimana, kak?"
Itu beberapa rekomendasi saya terkait anggaran, tanggal, dan venue pernikahan. Hope that helps. Sampai ketemu di post printilan nikahan lainnya!