People say that God is dead, but how can they think that if I show them the Devil?
Saya memang penyuka film horor, tapi selama PSBB dan berdiam di rumah saja, saya jadi semakin keranjingan dan akhirnya mencoba menghabiskan stok film yang sudah terlalu lama berada di dalam watchlist saya. Salah satunya adalah The Exorcism of Emily Rose (TEoER).
Disadur dari kisah nyata, TEoER berkisah tentang Emily Rose, gadis berusia 16 tahun yang mati beberapa waktu setelah proses eksorsisme yang gagal. Kematian Emily Rose pun berujung ke ranah hukum. Pastor Moore sebagai Pastor yang melakukan eksorsisme pada Emily Rose dituntut 12 tahun penjara, karena telah menyebabkan kematian Emily Rose, namun jika ia mengaku bersalah maka ia hanya perlu menjalankan enam tahun penjara saja. Tetapi Pastor Moore menolak tawaran tersebut dan menyatakan bahwa kematian Emily Rose bukan akibat hal-hal seperti yang disebutkan dalam tuntutan. Pastor Moore bersikeras bahwa kisah kematian Emily Rose adalah sesuatu yang harus ia sampaikan kepada khalayak.
Disajikan dengan alur maju dan mundur antara proses-proses di pengadilan hingga kilas balik kisah Emily Rose dari sudut pandang orang-orang terdekatnya, film ini bisa mencekam tanpa menakut-nakuti. Alih-alih setan dengan wajah hancur, sosok yang menyeramkan pada film ini hanyalah sebuah bayangan hitam. Tidak terlalu banyak adegan yang mengagetkan, tapi suasana di film dibangun perlahan semakin mencekam dan membuat saya memeluk kaki sendiri.
Akhir dari film ini cukup membuat saya terdiam, menatap layar televisi sambil mempertanyakan keimanan saya.
Untuk penyuka film horor yang menggerogoti punggung secara perlahan, film ini sangat layak untuk disaksikan.