...yang sebenarnya bukan janda. Monstera adansonii ini dijuluki Ron Do Bolong atau Rondo Bolong karena secara etimologi Bahasa Jawa, 'Ron' memiliki makna 'daun', sedangkan 'Do Bolong' maksudnya adalah 'pada bolong', sehingga Ron do Bolong merujuk pada daun yang bolong-bolong. Sementara 'Rondo' sendiri juga memiliki makna, yaitu, guess what, iya, janda. Dari sinilah nama tenar si Janda Bolong muncul. Bisa aja emang orang Indonesia bikin sesuatu jadi viral. Lucunya lagi, di luar negeri si Janda Bolong ini malah dikenal sebagai Swiss Cheese Plant karena bentuk daunnya dan karakteristiknya yang akan berlubang seiring bertambahnya usia sehingga nampak seperti keju Swiss.
M. adansonii adalah jenis tanaman rambat, sehingga kalau tidak ada penyangga ia akan merambat ke bawah. Namun jika diberikan penyangga tanaman atau turus, ia akan tumbuh merambat mengikuti bentuk turus tersebut. Bakal cantik nih kalo Janda Bolong merambat tiang-tiang kanopi rumah. Sayangnya ternyata di habitat asalnya si Janda Bolong ini hanya memerlukan sinar matahari tidak langsung. Kalaupun harus terpapar matahari, paling tidak hanya dua-tiga jam saja.
Sejak saya merasa berhasil mengasuh Sansi (padahal mah emang nggak usah diapa-apain dia sehat kok), saya merasa tertantang untuk mengadopsi tanaman lain. Berdasarkan artikel-artikel yang saya baca, M. adansonii ternyata termasuk tanaman yang tidak rewel... dan harganya lebih bersahabat ketimbang saudara Monstera lainnya. Oke, si janda bolong pun (dan satu buah Peace Lily yang akan saya bahas di post tersendiri) menjadi tanaman saya yang kedua dan ketiga.
M. adansonii yang saya adopsi saya beri nama Olong. Sebuah pilihan nama yang lebih sopan dan kreatif ketimbang saran dari suami saya: Bo'ol (Sebelum saya post, saya minta izin dulu sama bangsu. Mana tau bangsu masih mau menjaga citranya sebagai suami cool dan berwibawa).
Olong tiba di rumah kami pada tanggal 25 Oktober 2020. Ketika Olong tiba, seperti biasa saya belum menyiapkan pot dan tanah karena masih belum berpengalaman untuk memperkirakan besarnya pot dan banyaknya tanah yang akan diperlukan. Hari ke-empat Olong di rumah, baru saya dan suami (baca: saya memberikan perintah dan arahan, sementara suami yang ngurusin tanah, soalnya saya masih agak-agak geli kalo dapet jackpot, si cacing) memindahkan mereka ke dalam pot.
Sayangnya saya tidak memiliki foto before yang proper. Padahal kalau bisa disandingkan, akan terlihat jelas bahwa Olong sekarang sehat sekaliiii.. Sudah lebih tinggi dan lebih lebar, sampai saya takut sendiri bolongannya nyangkut dan sobek. Selain itu, daunnya sekarang agak lebih cepat kotor. Menurut hasil browsing, ini dikarenakan daun-daunnya bekerja menyaring udara. Jadi harus rajin lap-lap permukaan daunnya. Selain supaya makin optimal menyaring udara, juga supaya tampilan Monstera semakin cantik. Kalau lebih rajin lagi, bisa pakai cairan khusus untuk kilap daun, baik yang dijual khusus ataupun hasil DIY.
Tapi Olong masih belum mau mengeluarkan anak-anak baru nih. Kalau dari yang saya baca-baca di highlight Instagram Kak Titi, tanaman yang sedang dormant begini baiknya dimandikan air hujan. Jadi saat hujan deras kemarin, saya biarkan si Olong diguyur hujan. Ternyata hujan dan anginnya cukup kencang, malah saya yang panik takut Olong terbang kebawa angin.
Tapi sekarang Olong nampak lebih segar dari biasanya. Sehat-sehat terus ya, Long... Boleh kok kalo mau ngeluarin anak-anak baru. Ditunggu banget malah.