ini bukan tentang melupakan kenangan― apalagi orangnya.
ini tentang menerima semua yang terjadi dan terus hidup.
dibaca merupakan sebuah buku sederhana dengan sampul berbahan tebal. Desain sampulnya mengingatkan pada langit senja yang estetik, seperti nama pena yang digunakan penulisnya. Setiap halamannya berisikan satu-dua kalimat singkat disertai ilustrasi hitam-putih yang juga sederhana dan banyak memberi ruang bagi negative space.
Sesuai judulnya, buku ini hanya perlu dibaca saja. Saya tidak menemukan alasan untuk meresapi, memikirkan, bahkan menganalisa isinya karena kesederhanaan yang ditawarkan bagi pembaca, yang saya yakin target pasarnya bukan pembaca yang berharap menemukan bait puisi dipenuhi metafora.
Meski demikian, ada dua hal yang hilang sehingga terasa mengganjal selama saya membaca buku ini: pertama, tidak adanya daftar isi yang membuat saya merasa penulis tidak memiliki anjuran cara saya membaca buku ini.
Kedua, berkaitan dengan ketiadaan daftar isi. Saya malah merasa bingung ketika membaca halamannya secara berurutan karena tidak ada korelasi isi atau konteks antar halaman. Isinya terasa random, seperti catatan kecil yang ditulis acak di aplikasi handphone. Saya mengira akan ada bagian-bagian dengan benang merah yang menuntun saya dari rasa kecewa, putus asa, menyesal, hingga menemukan asa untuk kembali berharap.
Terlepas dari kedua hal tersebut, tidak ada salahnya menikmati buku ini. Apalagi karena dapat dibaca dalam waktu singkat dan dimanjakan dengan desainnya yang minimalis dan estetik.