Sudah bulan Agustus dan saya masih (juga) belum meneruskan reading challenge. Ha!
Di masa-masa saya sedang keranjingan membaca, akun Goodreads saya mencatatkan bahwa saya pernah membaca 80 buku dalam satu tahun. Ini tidak termasuk reread atau buku yang saya baca ulang. Saya takjub dengan diri sendiri. Ada banyak akun yang angkanya jauh di atas angka yang saya peroleh, namun ini bukan kompetisi antara saya dengan orang lain. Ini kompetisi dengan diri saya sendiri: melawan rasa ogah-ogahan dan godaan untuk rebahan. Walaupun pada akhirnya saya lebih sering membaca sambil rebahan sih...
Setelah itu saya beberapa kali mendapatkan pertanyaan, "Bagaimana caranya bisa membaca buku sebanyak itu dalam satu tahun?"
Entahlah.
Lama sekali saya mencari tahu jawabannya. Bukan, sedang menjadi pengangguran bukanlah jawaban yang cukup logis meskipun tentu saja memiliki banyak waktu luang menjadi salah satu faktor saya bisa menyelesaikan begitu banyak buku. Pada akhirnya, di masa pandemi seperti ini, saat sedang banyak berdiam di rumah, saya kembali mengingat pertanyaan tersebut dan berusaha merumuskan jawabannya. So here it is...
Pertama, temukan kategori yang disukai
Carilah topik atau genre yang menarik perhatian, hal yang membuat kamu penasaran, sesuatu yang selama ini ingin kamu ketahui namun selalu kamu kesampingkan karena menurut kamu... aneh? Saya pernah ada di masa selalu membaca buku dengan genre thriller dan roman dewasa. Semua semata-mata karena saya penasaran dan kagum dengan teknik para penulis yang bisa menggambarkan dengan detil dan membangun suasana tertentu yang ingin mereka sampaikan ke pembacanya.
Tidak perlu terfokus pada tren. Kalau kamu tidak suka novel-novel remaja yang populer, ya tidak apa. Ini semua perkara selera, sama seperti musik, film, dan makanan. Jadi pilihlah yang sesuai dengan seleramu.
Lalu bacalah resensinya
Resensi mendalamnya, ya, bukan hanya sekadar sneak peak di bagian belakang buku. Mengapa demikian? Karena resensi (atau sneak peak) di bagian belakang buku bertujuan untuk menciptakan rasa penasaran dan menjual buku tersebut. Sedangkan yang saya perlukan adalah sebuah deskripsi ringkas mengenai hal-hal yang terkandung dalam buku tersebut.
Sebagai contoh, sebelum memutuskan untuk membaca sebuah novel, saya akan mencari tahu terlebih dahulu latar belakang waktu dan tempat ceritanya karena saya kurang tertarik dengan kisah yang menggunakan latar era Victorian (misalnya). Selain itu saya juga perlu mengetahui sudut pandang yang digunakan oleh penulis sehingga dapat membantu saya memperkirakan apakah novel ini akan banyak menyita waktu saya untuk berpikir atau tidak. Yes, yes, I overthink it, but it's for my own sanity.
Goodreads adalah media yang menjadi andalan saya untuk mencari informasi lengkap mengenai sebuah buku, terutama dari reviu yang dituliskan oleh orang-orang yang telah selesai membacanya. Tenang saja, para pengguna Goodreads sebagian besar sudah paham dan selalu mencantumkan kalimat 'spoiler alert' sehingga kita bisa terbebas dari spoiler.
Mungkin tidak semua orang tertarik untuk mencari dan membaca resensi sebuah buku. Namun bagi saya membaca resensi justru membantu dalam menyelesaikan membaca sebuah buku karena meminimalisir tragedi 'beli kucing dalam karung' dan berakhir dengan menggeletakkan buku tersebut begitu saja.
Setelah itu carilah media bacanya: e-book atau prints?
Temukan media yang paling nyaman menurutmu. Dulu saya berorientasi pada buku fisik, terutama karena saya sering berbagi bahan bacaan dengan keluarga saya. Namun lama-kelamaan saya merasa semakin nyaman untuk membaca santai dengan menggunakan media elektronik, yaitu buku dalam format elektronik.
Untuk bahan bacaan yang lebih berat dan serius, saya masih lebih nyaman menggunakan media buku fisik. Terutama saat dulu saya sedang kuliah dan menyusun tesis, rasanya mengguratkan highlighter di kalimat-kalimat penting pada buku menjadi suatu hal yang sangat memuaskan. Proses membolak-balik halaman sembari mencari paragraf-paragraf yang sudah saya tandai dengan post-it pun sangat saya nikmati. Entah mengapa saya lebih dapat mencerna informasi akademis yang bersifat fisik.
Sediakan waktu khusus untuk membaca
Be curious enough to really make time for it. Dedikasikan waktu khusus untuk membaca. Entah itu saat pagi hari sebelum mulai beraktivitas dengan kesibukan duniawi, saat istirahat makan siang, saat malam hari setelah selesai beraktivitas dan sebelum tidur, atau malah di sela-sela perjalanan saat menggunakan kendaraan umum. Salah satu teman saya bahkan selalu menyukai momen commuting-nya dengan Transjakarta, karena ia harus menempuh kemacetan ke kota tetangga dan ia bisa menggunakan waktu tersebut untuk membaca buku.
Seluruh individu di muka bumi mendapatkan waktu 24 jam dalam sehari. Dari 24 jam tersebut, tanyakan pada diri sendiri, benarkah saya tidak mempunyai waktu karena sibuk atau hanya terlalu sibuk membenci the idea of being busy sehingga pada akhirnya saya malah tidak sempat mengerjakan apa-apa?
Pada intinya, temukan waktu untuk membaca sesuai dengan kenyamananmu sehingga proses membaca benar-benar bisa optimal dan tidak hanya asal baca saja.
Yang paling penting, nikmati aktivitasnya!
It has to be an enjoyable activity, something you anticipates and always looks forward to. Mulailah dengan benar-benar menyukai segala proses yang berkaitan dengan membaca. Mulailah dengan perlahan tanpa terpaku dengan angka... Entah itu jumlah halaman atau jumlah buku. Lakukan saja dulu. Lama-kelamaan, ketika sudah berhasil menikmati membaca, you'll be amazed on how you have this thirst for more page, more reading, more knowledge.
Selamat membaca!
*