Kolaborasi Muda-Mudi Bumi Hajar Selimut Polusi

Jumat, Oktober 21, 2022

Sejak beberapa bulan lalu saya memiliki rutinitas baru, yaitu jalan pagi. Awal dari kebiasaan ini hanya karena saya perlu momen untuk berjalan yang bisa menenangkan dan membuka pikiran. Syarat lainnya tentunya harus murah meriah dan menyenangkan. Mal atau pusat perbelanjaan sudah pasti bukan jawabannya. Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah solusinya.

Sayangnya di kota domisili saya RTH masih sangat langka. Alhasil saya harus mampir ke kota tetangga yang memiliki banyak opsi RTH. Taman Margasatwa Ragunan (TMR) pun menjadi pilihan saya karena selain saya bisa bertemu dengan beragam satwa, areanya sangat luas dan dikelilingi beragam tanaman.

Dua ekor gajah sedang bermain di kebun binatang
Dokumentasi pribadi

Going for a morning walk now feels like a transformative moment for me.

Teduh. Tenang.

Ditambah lagi sesekali terdengar suara alam yang menenangkan. Mulai dari berbagai serangga, kicauan burung, seruan primata, dan sesekali auman harimau.

Merdunya harmonisasi alam tersebut membuat pikiran saya bisa bebas dari penat dan terasa semakin luas. Bukan hanya pikiran, namun nafas dan pandangan saya pun terasa lebih lega. Sayangnya, ketika saya melangkah keluar TMR, saya kembali disambut oleh riuhnya lalu lintas seolah mengingatkan bahwa Bumi sudah diselubungi #SelimutPolusi

Berkenalan dengan Ragam Polusi

Bicara tentang polusi, top of mind kita umumnya adalah polusi udara dari asap knalpot kendaraan, asap rokok, hingga asap pembakaran sampah. Selain polusi udara tadi, tidak disangka kita juga sebenarnya “akrab” dengan ragam polusi lainnya, seperti yang diklasifikasikan oleh situs Live Science (Bradford, 2018).

  1. Polusi Tanah
    Penyumbang tertinggi polusi atau pencemaran tanah adalah dari sisa bahan material industri konstruksi (seperti kayu, batu bata, semen, dan kaca), dan medis (perban, sarung tangan medis, instrumen bedah, dan jarum suntik). Belum lagi industri tambang dan pestisida yang bisa menghasilkan limbah berbahaya bagi lingkungan. Sampah rumah tangga juga menjadi salah satu penyumbang polusi tanah, terutama di area perumahan dan komersial.
  2. Polusi Air
    Polusi air bermula ketika benda, bahan, atau substansi kimia berbahaya tercampur ke air. Pencemaran air tidak hanya menyebabkan kerusakan biota air, namun juga berpengaruh pada tanah yang menyerap air tersebut. Jika air alam terkontaminasi, maka akses air bersih pun terganggu. Pencemaran pada air juga menjadi salah satu faktor utama terjadinya banjir.
  3. Polusi Udara
    Udara yang kita hirup mengandung gas oksigen, nitrogen, argon, dan karbon dioksida. Polusi udara timbul ketika ada unsur gas lain yang bercampur di udara yang kita hirup. Contoh paling mendasar adalah gas dari penggunaan bahan bakar, seperti asap knalpot.
  4. Polusi Suara
    Meski polusi suara tidak dapat dilihat atau diendus secara langsung, namun pencemaran pada suara ternyata memiliki kaitan dengan kesehatan, seperti stress, tekanan darah tinggi, dan berkurangnya pendengaran. Sebagai contoh sederhana, kita cenderung akan merasa tidak tenang dan jantung berdetak lebih kencang ketika berada di riuh keramaian, seperti saat terjebak kemacetan dan seluruh kendaraan membunyikan klaksonnya. Polusi suara di dalam laut pun ternyata mengancam kelangsungan hidup biota laut akibat frekuensi suara yang dihasilkan kapal-kapal.
  5. Polusi Cahaya
    Di era modern saat kota sudah jarang sekali tertidur, kelip lampu gedung-gedung tinggi sudah menjadi hal biasa. Namun ternyata pencahayaan yang tidak natural ini memiliki efek samping, mulai dari menyebabkan hewan dan tanaman kebingungan menentukan waktu siang dan malam, hingga astronomer yang kesulitan mengamati benda langit dan cahaya bintang,

Polusi dan Perubahan Iklim

Dari lima jenis polusi tersebut, semuanya menyebabkan disrupsi pada ekosistem lingkungan. Disrupsi ini menghasilkan sebuah efek domino sehingga alam menjadi tidak seimbang. Kemampuan alam untuk menyediakan lingkungan yang nyaman bagi makhluk hidup menjadi berkurang.

Selimut polusi membuat Bumi semakin panas dan menyebabkan perubahan iklim. Situs UN Indonesia menyatakan konsentrasi gas rumah kaca dan suhu permukaan global terus meningkat dari tahun ke tahun. Kebakaran hutan lebih mudah terjadi dan lebih cepat menyebar. Badai, hujan deras, angin ribut, dan kekeringan di berbagai belahan dunia meningkat. Perubahan iklim telah menyambut kita.

Hutan Sebagai Salah Satu Solusi

Hutan membantu memperlambat peningkatan suhu dan perubahan iklim karena pohon menyerap karbon dioksida dari atmosfer.

Jika program reboisasi atau penghijauan hutan bekerja dengan maksimal, maka hutan dapat berfungsi seperti spons yang menyerap polusi. Griscom, B. W. et al. pada penelitiannya di tahun 2017 mengestimasikan bahwa pertumbuhan hutan dan ekosistem alam dapat menyerap lebih dari sepertiga jumlah karbon dioksida sehingga dapat menjaga suhu Bumi dan meminimalisir pemanasan global setidaknya hingga tahun 2030.

Walking track yang dikelilingi pepohonan hijau dan rindang
Dokumentasi pribadi

Kolaborasi Sebagai Kunci

"Alone we can do so little; together we can do so much." — Helen Keller

I’m sure I’m not alone in this. Satu kebiasaan kecil yang dilakukan oleh ribuan #MudaMudiBumi pasti akan berdampak. Apalagi jika dilakukan oleh jutaan orang. We need to #TeamUpForImpact

Mulai dari penerapan jargon sederhana yang sering kita dengar: Reduce, Reuse, Recycle.

  1. Reduce
    Hindari penggunaan plastik sekali pakai, usahakan untuk membawa alat dan/atau wadah makan/minum sendiri. Mulai beralih ke toko yang menjual FMCG secara curah sehingga bisa meminimalisir penggunaan plastik. Bijak berbelanja barang, terutama yang menggunakan bahan baku dari plastik, seperti pakaian berbahan polyester dan nylon, ragam aksesoris atau knick-knacks yang fungsinya dapat tergantikan, termasuk bijak dalam berbelanja online untuk mengurangi sampah selotip, lakban, bubble wrap, kertas, dan emisi. Alih-alih menggunakan bahan plastik, pelajari bahan-bahan pengganti yang lebih aman bagi kesehatan dan usia penggunaannya lebih panjang.
  2. Reuse
    Cermati barang-barang yang sudah ada di sekitar kita. Wadah bekas delivery makanan bisa digunakan lagi sebagai pengganti plastik pembungkus saat belanja di supermarket, sebagai wadah untuk food preparation dan penyimpanan lainnya. Jika suka dengan tanaman, wadah-wadah tersebut bisa digunakan untuk propagasi atau regrow tanaman. Selain itu, tisu sekali pakai juga bisa digantikan dengan kain lap yang bisa dicuci dan digunakan ulang.
  3. Recycle
    Selain bertanggung jawab atas sampah pribadi dengan belajar memilah dan mendaur ulang sampah, saat ini banyak brand yang ikut andil mengatasi polusi dan menjaga keberlangsungan alam dengan menerapkan sistem recycle dan menggunakan bahan daur ulang sebagai bahan baku produknya. Kebijakan brand seperti ini bisa menjadi salah satu pertimbangan ketika berbelanja namun tetap ingin berpartisipasi mengurangi polusi.

If I were the policy maker,

Saya akan…

  • Mewajibkan manajemen sampah yang terstandarisasi dan bertanggung jawab bagi setiap industri, mulai dari pabrik komersial hingga ke lingkup terkecil yaitu rumah tangga. Edukasi pilah sampah sejak dini harus diajarkan di tiap rumah tangga dan sekolah-sekolah. Tentunya didukung oleh pelayanan pengolahan sampah yang mumpuni dan bertanggung jawab dari pemerintah.
  • Mewajibkan pembangunan dan pelestarian RTH yang aman dan nyaman di setiap Rukun Warga. Tidak melulu harus mewah, yang penting ada area hijau yang cukup luas, bersih, terawat, dan tentunya bebas asap rokok. Akan lebih baik lagi jika ada area bermain anak dan walking track untuk berolahraga ringan.
  • Menjadikan kegiatan reboisasi atau penanaman pohon sebagai suatu tradisi atau kebiasaan di momen-momen penting, seperti hari jadi kota, hari kemerdekaan, dan peresmian gedung atau kantor.

Kebijakan yang sederhana jika seluruh pihak yang terlibat bersedia mengesampingkan egosentris sektoral demi kemaslahatan bersama, untuk saat ini, untuk masa depan, #UntukmuBumiku.

*

Sumber dan Referensi:

You Might Also Like

1 komentar

Thank you for spending your time here. Constructive criticism, question, occasional compliment, or a casual hello are highly appreciated.