Buku: Ganjil-Genap

Selasa, Juni 06, 2023

 

"Patah hati tidak hanya mengajarkan apa yang tidak kita mau, tapi juga memberikan keberanian untuk menjalani apa yang kita mau."

Saya lupa kapan terakhir kali saya membaca metropop. Seperti sound yang viral di media sosial beberapa waktu lalu, entah apa yang merasuki sampai saya tiba-tiba saja mengunduh buku ini di Gramedia Digital... dan langsung menyelesaikan membacanya dalam waktu tiga jam.

Ganjil-Genap adalah metropop buah karya Almira Bastari yang mengisahkan Gala, seorang wanita karir di akhir usia 20an, yang hubungan cintanya selama 13 tahun berakhir di parkiran, bukan di pelaminan. Usaha Gala untuk menyembunyikan status single-nya dari keluarganya menjadi semakin menantang karena sang adik ternyata kebelet menikah dan sungkan untuk melangkahi Gala. Di sinilah proyek pencarian jodoh untuk Gala dimulai.

Gala is everything I, and most of the people, are not.

Hidup Gala sesungguhnya baik-baik saja. Gala punya pekerjaan tetap dengan lingkungan kantor yang sehat, serta atasan yang suportif dan helpful bagaikan teman. Dari pekerjaannya, Gala punya penghasilan yang tentunya sangat cukup hingga ia bisa mengambil dua bulan unpaid time off untuk healing. Hidup Gala nyaman. Gala akan baik-baik saja.

Premis mengenai Gala yang dirasa harus segera menemukan pengganti mantannya sebelum sang adik menikah, menjadi sesuatu yang tidak urgent. Terlebih karena karakter Gala digambarkan sebagai sosok yang penuh perhitungan dan cerdas.

Mungkin akan beda ceritanya jika Gala berasal dari keluarga biasa-biasa saja, dengan pekerjaan yang membuatnya terkadang membenci hari Senin. Akan lain halnya jika gaji Gala hanya sedikit di atas UMR dan harus mempertimbangkan antara menikmati live music yang nyaman di akhir pekan atau berburu tiket pesawat promo ke negara tetangga.

Call me a hypocrite, meski saya lelah dengan metropop yang selalu menggambarkan jurang strata sosial yang dalam dan karakter yang hampir tak bercela (baca: latar belakang pendidikan baik, paras rupawan, dan tajir melintir), tapi saya tetap bisa menahan senyum malu-malu saat membaca interaksi Gala dan [redacted]. Saya bisa ikut menahan amarah dan membayangkan skenario yang terjadi jika saya menjadi teman Gala dan harus melihat ia diperlakukan seenaknya oleh Bara. Saya bisa merasakan bersitan rasa bangga dan puas dengan keputusan Gala yang... well, realistis.

"Bahagia harus datang dari diri sendiri. Tidak memiliki pasangan tidak menjadikan dunia berakhir. Dunia berjalan semestinya."

Sebagai karya pertama Almira Bastari yang saya baca, terlepas dari taburan gemerlap janji ibukota yang terlalu cringey bagi saya, gaya bercerita dan penulisan Almira Bastari yang witty berhasil membuat saya penasaran untuk mencari tahu karya lainnya.

You Might Also Like

0 komentar

Thank you for spending your time here. Constructive criticism, question, occasional compliment, or a casual hello are highly appreciated.