Petualangan Kesehatan Mental: Bipolar Together

Rabu, Maret 30, 2022

Hari ini adalah World Bipolar Day dan tema yang diusung pada tahun ini adalah #BipolarTogether. Jika sebelumnya saya sempat membagikan kisah saya sebagai penyintas bipolar di sini, kali ini saya ingin mendedikasikan hari ini untuk almarhum papa saya.

Meskipun para saintis menyatakan tidak ada gen yang berkaitan dengan bipolar, namun jika ada anggota keluarga inti, terutama orang tua, yang merupakan penyintas bipolar, maka ada kemungkinan keturunannya juga akan memiliki gangguan bipolar.

Ini yang menjadi dasar seluruh psikiater yang pernah menjadi tempat konsultasi saya selalu bertanya kondisi kejiwaan orang tua saya. Saya harus akui, bahwa almarhum papa, semasa hidupnya, bukanlah orang yang memiliki kejiwaan yang sehat dan stabil.

Berdasarkan cerita-cerita yang dibagikan oleh mama atau papa sendiri, sebagai anak seorang polisi, papa memiliki masa kecil dengan didikan yang kelewat keras dan menurut saya, tidak masuk akal. Apalagi papa merupakan anak laki-laki tertua. Bisa saya simpulkan, papa (dan saudara-saudaranya) tidak bahagia.

Singkat kisah, para psikiater mengatakan bahwa kemungkinan besar papa juga merupakan penyintas bipolar yang tidak sempat mendapatkan penanganan psikiater. Saat mendengarnya, saya terkekeh di dalam hati. I find it amusing, membayangkan seseorang yang tegas dan gengsian seperti papa saya (baca: baby-boomer) berdebat dengan psikiater. I really would like to see them try. Di masa seperti saat ini saja masih banyak orang yang merasa gangguan kejiwaan berarti kurang iman, apalagi bagi orang generasi dulu?

Hurt people hurt people.

Meskipun masa kecil saya berkecukupan, tapi saya tidak bisa mengatakan bahwa saya bahagia tanpa penafian. Berbeda dari almarhum papa, saya memiliki privilese. Saya memiliki kemauan dan pikiran terbuka untuk menggali informasi lebih banyak mengenai isu kesehatan mental. Saya memiliki keberanian (dan kenekatan) untuk mencari psikolog dan psikiater untuk membantu saya pulih. Saya bahkan memiliki kemampuan untuk memutuskan hubungan dengan orang-orang yang berkata, "Itu semua cuma di kepala lo aja, deh..." Funny enough, the problem is indeed inside my head.

My point is, I am so privileged.

I have the power to choose whether I want to suffer with all the medication and therapies (and of course, the bills) or to let my husband, our future child, our family suffer because of me?

I chose the former.

Pada tahun 2021, saya sudah tidak lagi mengkonsumsi obat-obatan untuk penanganan bipolar dan gangguan kecemasan. Waktu yang dibutuhkan tentu saja tidak singkat. Namun salah satu faktor krusial saya berhasil lepas dari obat-obatan adalah keadaan lingkungan saya yang sudah jauh lebih sehat. Saya memaksa diri untuk keluar dari lingkungan yang sangat berbahaya bagi kesehatan mental saya, yang hingga saat ini saya yakini masih menjadi lingkaran mematikan bagi orang lain.

Selain itu, kondisi kedua orang tua saya saat itu memaksa saya untuk bertahan dan menjadi lebih kuat. Kedua orang tua saya didiagnosa kanker. Saat mama sedang menjalani proses kemoterapi, almarhum papa sedang dirawat di rumah sakit yang sama. Saya mendapatkan kesempatan berharga untuk mendampingi papa. Di hari-hari terakhir tersebut, saya dan inner child saya meminta maaf dan juga memaafkan papa. We exchange gestures of affirmation and love. It was a closure both of us needed.

And on that moment, I know not only my inner child is healed, but our whole life's too. The past and present. Even on my future, I know he would be proud of me. He always was.

"The beginning is perhaps more difficult than anything else, but keep heart, it will turn out all right." - Vincent van Gogh

World Bipolar Day diperingati setiap tanggal 30 Maret, sebagai pengingat hari kelahiran Vincent van Gogh, yang didiagnosa memiliki gangguan bipolar.

Jika kamu merasa kondisi kejiwaanmu tidak stabil, merasa tidak lagi memiliki semangat atau minat seperti dulu, sering merasa depresi, bahkan berpikiran untuk melukai diri atau mengakhiri hidup, please know that you are worthy of this life. Please know that you are not alone. It seems like you were, but there are a lot of people want to help you. You are not a lost cause. Please look for professional. If you are too scared or too depressed to reach them out by yourself, hit me up on my socials or the comment. I will accompany you to look for help. Because I've been there... alone, bruised, and battered, and I made it out alive. You will too.

*

Kamu bisa mengunduh intisari mengenai gangguan bipolar di sini.

You Might Also Like

1 komentar

Thank you for spending your time here. Constructive criticism, question, occasional compliment, or a casual hello are highly appreciated.